Skip to main content

Titik Balik



Hari ini, da. Aku mengikatkan rambutku tinggi-tinggi. Dan bukan gadis berambut kepang lagi. Hari ini, da. Aku bertekad menjadikannya hari baru. Sebab semua yang semu, itulah kenyataannya.

Kau, aku, mereka, kehidupan ini semu. Dan itulah nyatanya, da. Kita tidak bisa mengelak. Kau pun bilang tidak ada yang perlu dipaksakan.

Hari ini, da. Mungkin memang hari baru, tapi awan masih mengungkung dan tidak kunjung turun hujan, masih seperti kemarin. Mungkin besok ia turun atau entah kapan. Kita tidak pernah tahu.

Kau mungkin tahu, aku tidak suka membual, tapi jika kau merasa, kau akan merasakannya. Apa-apa yang tidak tertuang dalam kata. Sebab kita terlalu muak dengan kata-kata, bukan? Dan oleh sebab itu juga kita bertengkar.

Aku masih akan duduk di pojokan warung kopi, menyesap robusta dan sebatang rokok jika mampu. Aku masih sama, tapi aku bukan gadis berkepang lagi, da.

Aku banyak belajar darimu, dan aku berterima kasih.

2019/5/19

Comments

Popular posts from this blog

Kencana

Sebuah tindakan dalam ketidakmengertian. Di dekat lintasan rel kereta api, di batas wilayah Kota, seorang perempuan menyalakan kreteknya, mengeluarkan headset yang kusut dari dalam saku jaketnya. Lama jemarinya berkutat pada kabel yang belit-membelit. Tapi tatapannya tidak berada pada apa yang sedang dikerjakannya. Apakah ia sedang mengurai sesuatu yang lebih berbelit dalam kepalanya? Dalam gelap aku seperti menemukan mata yang putus asa. Anak-anak sungai mengalir turun, mencoba diputusnya dengan satu sapuan tangannya dengan keras. Dengan keras pula ia mencoba menghalau semua kesedihan. Lihatlah, ia sudah berhasil mengurai kabelnya dan segera memasangnya di telinganya. Tangisnya malah pecah dan aku mendengar sedu sedannya dengan jelas. Jaket jeans yang telah ditanggalkannya tadi lalu di ambilnya, aku tidak begitu jelas apakah ia menggunakannya untuk mengusap anak-anak air mata di wajahnya atau menciuminya. Sebab ia seperti sedang bernapas di antara kerah jaket jeans tersebut. Ap...

Mencari-Cari

Aku pergi ke tukang kunci, mencari kata kunci yang tepat. Sudah lima, eh barangkali sudah enam kali aku berputar. Tapi tak juga menemukan. Bagaimana cara mencari benang merah? Kucoba pergi ke tukang benang, pabrik benang, peracik warna merah. Tak juga menemukan benang merah. Lalu, aku coba mencari-cari di gawaiku soal tutorial mencaci maki diri sendiri. Ah, aku tidak perlu itu. Aku mencari apa yang harus kucari, aku cari ke toko perabot, pasar loakan, yang ada hanya sisa-sisa becek genangan hujan. Aku berhenti Diam Berjamur ~