Skip to main content

Posts

Kencana

Sebuah tindakan dalam ketidakmengertian. Di dekat lintasan rel kereta api, di batas wilayah Kota, seorang perempuan menyalakan kreteknya, mengeluarkan headset yang kusut dari dalam saku jaketnya. Lama jemarinya berkutat pada kabel yang belit-membelit. Tapi tatapannya tidak berada pada apa yang sedang dikerjakannya. Apakah ia sedang mengurai sesuatu yang lebih berbelit dalam kepalanya? Dalam gelap aku seperti menemukan mata yang putus asa. Anak-anak sungai mengalir turun, mencoba diputusnya dengan satu sapuan tangannya dengan keras. Dengan keras pula ia mencoba menghalau semua kesedihan. Lihatlah, ia sudah berhasil mengurai kabelnya dan segera memasangnya di telinganya. Tangisnya malah pecah dan aku mendengar sedu sedannya dengan jelas. Jaket jeans yang telah ditanggalkannya tadi lalu di ambilnya, aku tidak begitu jelas apakah ia menggunakannya untuk mengusap anak-anak air mata di wajahnya atau menciuminya. Sebab ia seperti sedang bernapas di antara kerah jaket jeans tersebut. Ap
Recent posts

Pelacur Itu Pulang

(Sumber gambar: lakonhidup.com) Pelacur itu muntah, dikeluarkannya semua yang ada di dalam lambungnya. Kesedihan, rasa percaya, luka, aman-aman palsu, janji kosong, dan cinta yang baunya serupa bangkai tikus yang telah mati 7 hari. Sekarang yang tersisa hanya kosong. Sebentar lagi lambungnya akan mencerna dinding-dinging perutnya sendiri. Lalu perlahan-lahan akan bolong sampai ke permukaan kulitnya. Beruntung, baru saja gerimis turun. Diluruhkannya semua darah yang merembes di bajunya yang putih. Pedih sekali. Ia tak tahu, kutukan siapa yang dikabulkan oleh langit, sumpah siapa yang disambut oleh tanah. Sebab semua menyakiti, semua tersakiti. BPJS tidak pernah bisa menanggung semua biaya pengobatannya, ia harus berusaha sendiri. Satu kerikil di tengah jalan mungkin bisa membuatnya terpeleset, kakinya akan terseok-seok. Di tengah jalan pulangnya nanti, hanya kepada kucing jalanan ia tunjukkan belas kasihan, bukan berarti ia masih punya hati. Sebab sudah pasti ia telah mati.

Izroil

Malam ini, atau entah malam-malam sebelumnya, Izroil telah lancang masuk ke dalam bilikku. Tanpa permisi mengetuk pintu dan tak kuhiraukan dia bisa masuk dari lubang mana saja. Ia pergi melesat dengan cepat. Meninggalkan bangkai hitam jelaga di ulu hati. Mencerabut sekaligus akar daripada perasaan penuh pengabdian. Dari tangannya yang penuh jahanam dan debu abu-abu neraka. Ia lemparkan satu keping ke atas api yang berkesumat. Hilang, berabu. Membekas menempel di tubuhnya yang penuh keringat, sebab terlalu bekerja keras bertandang membawa yang mati dan telah renta. Ada fase dalam waktunya yang begitu sia-sia mengamatiku diam-diam, seperti maling sialan yang mengincar mangsanya. Siap menerkam jika lengah sedikit berkuasa. Ia yang buruk rupa, pergi mengelana lagi. Kini, aku habis sudah, dan sudah bukan apa-apa.

Titik Balik

Hari ini, da. Aku mengikatkan rambutku tinggi-tinggi. Dan bukan gadis berambut kepang lagi. Hari ini, da. Aku bertekad menjadikannya hari baru. Sebab semua yang semu, itulah kenyataannya. Kau, aku, mereka, kehidupan ini semu. Dan itulah nyatanya, da. Kita tidak bisa mengelak. Kau pun bilang tidak ada yang perlu dipaksakan. Hari ini, da. Mungkin memang hari baru, tapi awan masih mengungkung dan tidak kunjung turun hujan, masih seperti kemarin. Mungkin besok ia turun atau entah kapan. Kita tidak pernah tahu. Kau mungkin tahu, aku tidak suka membual, tapi jika kau merasa, kau akan merasakannya. Apa-apa yang tidak tertuang dalam kata. Sebab kita terlalu muak dengan kata-kata, bukan? Dan oleh sebab itu juga kita bertengkar. Aku masih akan duduk di pojokan warung kopi, menyesap robusta dan sebatang rokok jika mampu. Aku masih sama, tapi aku bukan gadis berkepang lagi, da. Aku banyak belajar darimu, dan aku berterima kasih. 2019/5/19

Benang Hitam

Setiap orang memiliki buntalan benang hitam di batok kepalanya. Terkubur rapi hingga tidak menyerupai kuburan jenis manapun. Di atas meja ada kopi putih, air putih, rokok putih, cangkir putih, stopkontak putih, dan asap-asap putih yang siap mengudara kepada yang tak berwarna. Oh, betapa aku menyukai warna putih. Kata orang, putih itu identik dengan kesucian, kemurnian, dan sesuatu yang berbau positif. Ah, bahkan benda-benda di depanku pun aku tak yakin akan kesucian, kemurnian dan hal-hal positif lainnya. Rupanya aku terlalu banyak makan stigma dan konstruksi selama 20 tahun belakangan. Dan sayangnya, aku tidak bisa mengubah buntalan hitam itu menjadi putih. Apakah artinya dalam pikiranku sendiri tidak ada sedikit kesucian, kemurnian dan hal-hal positif itu? Persetan! Kau akan mati jika terus menerus makan stigma yang terus disuapkan di mulut pikiranmu! Ah, bukannya aku memang ingin mati? Jangan bodoh! Kau sudah terlalu liar. Ups! *** Hei, bukankah aku tidak p

Lari Kembali

Ini pertama kalinya aku memikirkan cara bagaimana membunuh diriku sendiri Setelah sekian patah yang hadir Tuhan, aku ingin lari dengan sangat kencang Tidak lupa membawa waktu untuk ikut serta Supaya dia bisa sedikit membuatku lupa Atau bahkan amnesia Itu sebabnya aku ingin naik gunung Lalu menjatuhkan diri ke jurang di sana Atau menunggu jam sepuluh pagi hingga gas belerang mematikanku pelan-pelan Dosa-dosa ini, aku yang buat, aku yang ciptakan Tapi aku sendiri yang tidak bisa terbiasa dengan dosa itu Tuhan, dimana kau bersarang? Aku ingin ikut denganmu Aku berjanji akan menggosok gigiku dan mencuci kakiku setiap dekat Tapi aku ingin lahir kembali Dan menjadi aku

Nanti Aku Juga Berdoa

Iya, nanti aku berdoa Kala kamu lihat aku pucat pasi Dan nalar hampir mati karena habis Aku akan berdoa Kala aku bersimbah payah dan lelah Dan kamu usai menyementarakanku Iya nanti aku berdoa, sayang.